Monday, September 28, 2009

Planet X Bukan Planet Nibiru

Bagian luar Tata Surya masih banyak memiliki banyak planet-planet minor yang belum ditemukan. Sejak pencarian Planet X dimulai pada awal abad ke-20, kemungkinan akan adanya planet hipotetis yang mengorbit Matahari di balik Sabuk Kuiper telah membakar teori-teori Kiamat dan spekulasi bahwa Planet X sebenarnya merupakan saudara Matahari kita yang telah lama "hilang". Tetapi, mengapa kita harus cemas duluan tentang teori Planet X/Teori Kiamat ini? Planet X kan hanya merupakan objek hipotetis yang tidak diketahui?

Teori-teori ini didorong pula dengan adanya ramalan suku Maya akan Kiamat dunia pada tahun 2012 (Mayan Prophecy) dan mistis Bangsa Sumeria tentang Planet Nibiru, dan akhirnya ini memanas sebagai "ramalan kiamat" 21 Desember 2012. Namun, bukti-bukti astronomis yang digunakan untuk teori-teori ini benar-benar melenceng.

Pada 18 Juni kemarin, peneliti-peneliti Jepang mengumukan berita bahwa pencarian teoteris mereka untuk sebuah massa besar diluar Tata Surya kita telah membuahkan hasil. Dari perhitungan mereka, mungkin saja terdapat sebuah planet yang lebih besar dari sebuah objek Plutoid atau planet kerdil, tetapi tentu lebih kecil daripada Bumi, yang mengorbit Matahari dengan jarak 100 SA. Tetapi, sebelum kita terhanyut pada penemuan ini, planet itu bukan Nibiru, dan bukan pula akan berakhirnya dunia ini pada 2012. Penemuan ini adalah penemuan baru dan merupakan perkembangan yang sangat menarik dalam pencarian planet-planet minor dibalik Sabuk Kuiper.

Dalam simulasi teoretris, dua orang peneliti Jepang telah menyimpulkan bahwa bagian paling luar dri Tata Surya kita mungkin mengandung planet yang belum ditemukan. Patryk Lykawa dan Tadashi Mukai dari Universitas Kobe telah mempublikasikan paper mereka dalam Astropysical Journal. Paper mereka menjelaskan tentang Planet minor yang mereka yakini berinteraksi dengan Sabuk Kuiper yang misterius itu.

Keberadaan planet X (Nibiru) dan pengaruh terhadap bumi

Planet baru yang banyak diperbincangkan di dunia maya dan beberapa buku ( banyak yang telah dibredel) akhirnya benar - benar ada.
Tim Ilmuwan Kobe University, Jepang, menemukan sebuah planet baru yabg mengorbit di sisi luar sistem tata surya tempat bumi berada.
(Ilmuwan Jepang Menemukan Planet Baru- Okezone.com; Minggu, 9 Maret 2008, 9:33 WIB)
Telah banyak saintis sebelumnya memprediksi akan keberadaan planet dan bencana yang diakibatkan dari planet ini. Periode planet ini berpapasan dengan bumi selama 3600 tahun sekali ( tepatnya 3661 tahun). Dam selama setiap periode itu tercatat akibat gravitasi pada planet ini bencana-bencana besar terjadi dibumi bahkan memusnahkan peradaban-peradaban besar.

Tercatat tahun 1650 SM terjadi keruntuhan-keruntuhan peradaban-peradaban besar secara bersamaan dibarengi munculnya peradaban baru dengan tiba-tiba pula.

  • Jatuhnya Kerajaan Pertengahan Mesir Kuno,
  • terjadinya zaman kegelapan Mesopotamia,
  • munculnya kerajaan Hittie tiba-tiba di Anatolia,
  • runtuhnya Harrapan di India,
  • runtuhnya peradaban Minoan,
  • munculnya tiba-tiba peradaban Olmec
  • runtuhnya dinasti Xia di Cina
.. semua terjadi pada 1650 SM

Periode masih terus berjalan, mundur ke masa sebelumnya tercatat:

  • Sekitar 3150 SM - terjadinya air bah (setelah bencana ini sejarah peradaban-peradaban kuno dimulai)
  • Sekitar 5310 SM - Efek pendinginan iklim tiba-tiba pada periode Holocone
  • Sekitar 8900 SM - Pemanasan global dan pencairan kutub yang cepat dan tiba-tiba pada masa interglasial period
  • Sekitar 12.600 SM - Pergeseran kutub bumi atau polar shift .. efeknya mengerikan dilihat dari fosil Mamoth yang membeku tiba-tiba dengan makanan masih ada di perut belum terproses dan juga terawetkan.
Semua terjadi sekitar 3661 tahun

Diperkirakan masa kedatangan lagi planet ini pada tahun 2012

Kedatangan planet ini tepat tahun dimana penanggalan paling akurat di dunia kalender Tzolkin bangsa Maya juga berakhir yaitu tahun 2012, tepatnya 21 Desember 2012.

Diketahui kalender bangsa Maya selain menggunakan hitungan bulan dan matahari mereka juga mempergunakan perhitungan planet Venus dalam pengkalenderan hari. Perhitungan tersebut mengakibatkan keakuratan kalender bangsa Maya pada masa lalu melebihi keakuratan masa kini (Masehi dan Hijriah). Diyakini oleh banyak ahli bangsa Maya mempunyai pengetahuan astronomi setidaknya sama atau bahkan lebih dari masa manusia saat ini. Berbeda dengan kalender saat ini Tzolkin memiliki awal dan akhir.

Sebentar Lagi di Bumi akan Muncul Benua dan Samudra Baru

Dalam keadaan tanpa disadari, minim sekali perubuhan geologi yang bisa diamati manusia hanya dengan berdasarkan masa hidupnya yang singkat ini, adapun mengenai fenomena-fenomena pergerakan darat dan munculnya samudra hanya dapat diketahui dari buku. Namun, beberapa orang yang beruntung mungkin dapat menyaksikan sendiri fenomena yang tidak dapat diamati manusia awam dalam proses sejarah yang panjang selama jutaan tahun itu, diprediksi kelak tak lama lagi akan muncul 6 benua dan 5 samudra di bumi.

Menurut sebuah harian pagi Rusia, bahwa tidak lama lagi permukaan bumi yang kita ketahui mungkin akan mengalami perubahan yang fantastis. Para ahli geologi dari Universitas Addis Abba, Ethiopia mungkin beruntung menjadi saksi atas perubahan ini. Di bumi saat ini terdapat 4 samudra besar yakni Samudra Pasifik, Atlantik, Hindia, dan Lautan Kutub Utara. Sarjana jaman dahulu pernah meramalkan, bahwa setelah puluhan juta tahun, bumi akan muncul samudra ke-5, samudra yang baru akan muncul di wilayah Daratan Benua Afrika, dan akan membelah daratna secara keseluruhan menjadi dua bagian barat dan timur.

Ramalan ini mungkin terbukti: sejak September tahun lalu, tim survei Internasional yang dibentuk peniliti sejumlah negara di Amerika Serikat, Ethiopia dan Eropa menemukan muara patahan raksasa sepanjang hampir 60 km di wilayah padang pasif Afar sebelah timur Ethiopia. Muara Patah ini melintasi Ethiopia dan Eritrea, Djibouti berada di daerah perbatasan susunan lempeng Arab dan Afrika, dan dari tahun ke tahun tanpa disadari lempeng-lempeng ini secara tidak disadari saling terpisah. Pemimpin penelitian ini, Dereje Ayalew dari Universitas Addis Abba menuturkan, bahwa itu adalah tanda-tanda akan munculnya samudra baru, muara patah yang maha besar ini besar kemungkinan akan menjadi samudra ke-5 di bumi. Ini merupakan hal baru dalam sejarah ilmu pengetahuan.

Pada 14 September tahun lalu, terjadi sebuah gempa besar disana, hanya dalam hitungan detik dan pengamatan dari atas pesawat berhasil mengamati tanah yang merekah di hadapan mereka. Sebuah celah yang lebar memotong palung lengkungan ini. Hanya dalam 3 pekan setelah gempa, daerah gurun yang gersang tersebut membentuk celah besar dengan lebar 4 meter, namun, perubahan mendadak ini masih jauh dari akhir.

Lahar yang disemburkan dari kawasan tertentu berangsur-angsur membentuk lapisan batuan basal (merupakan pembekuan lava), kahar yang beku sangat mirip dengan struktur gunung bawah air. Menurut prediksi para geolog, saat penampang mencapai laut merah, maka air laut akan menenggelamkan kawasan tersebut, selanjutnya samudra yang baru akan muncul. Saat itu, peta dunia akan berubah berupa 6 benua dan 5 samudra.

Waah, tambah banyak aja yaa....!

NGC 1097

NGC 1097 is a barred spiral galaxy about 45 million light-years away in the constellation Fornax. Three supernovae (SN 1992bd, SN1999eu, & SN2003B) have been observed in NGC 1097 (as of 2006).

NGC 1097 is also a Seyfert Galaxy, with jet shooting from the core. Like most galaxies, NGC 1097 has a supermassive black hole at its center. Around the central black hole is a ring of star-forming regions with network of gas and dust the spirals from the ring to the black hole.

NGC 1097 has two sattelite galaxies. NGC 1097A is the larger of the two. It is a peculiar elliptical galaxy that orbits 42.000 light-years from the center of NGC 1097. NGC 1097B is the outermost one and not much is known about that.


Sunday, September 27, 2009

Komet Raksasa di Orbit Planet Neptunus

Para astronom mengumukan penemuan sebuah objek raksasa menyerupai komet di orbit Planet Neptunus. Benda langit yang diberi identitas 2006 SQ372 tersebut berdiameter antara 50-100 kilometer.

Objek tersebut diperkirakan tengah dalam perjalanan kembali untuk menyelesaikan satu kali putaran orbitnya terhadap Matahari yang mencapai 22.550 kilometer. Saat ini, ia berada pada jarak dua miliar kilometer dari Bumi, namun karena lintasan orbit yang sangat lebar, suatu saat berada pada jarak terjauh hingga 241 miliar kilometer.

Benda langit lain yang memiliki orbit setara dengannya adalah Sedna, planet kerdil seperti Pluto yang ditemukan tahun 2003. Namun, orbit 2006 SQ372 lebih melengkung dan menjauh dari Matahari daripada Sedna.

Menurut Andrew Becker ( astronom dari Universitas Wahington )
"Pada dasarnya ia termasuk komet, namun tidak cukup dekat dengan Matahari sehingga tidak cukup membentuk ekor uap gas dan debu yang memanjang".

Becker dan timnya menemukannya setelah menganalisis data rekaman survei langit Sloan Digital Sky Survey II (SDSS II) sepanjang tahun2005, 2006, dan 2007 menggunakan teleskop di Apache Point Observatory.

Bagaimana Planet-planet Mendapatkan Namanya?

London
NASA

Telah diterbitkan bahwa para ilmuwan AS baru-baru ini menemukan sebuah objek angkasa yang bisa jadi merupakan planet ke sepuluh di tata surya kita. Mereka menyebutnya Sedna. Mengenai nama ini, pastilah banyak orang bertanya-tanya, bagaimanakah sebuah planet mendapatkan namanya?

Yang jelas, saat para astronom di Insitut Teknologi California memberi nama Sedna, keputusan itu tidaklah diambil begitu saja.

Dinginnya lingkungan tempat dewi itu berada dirasa sangat sesuai untuk menggambarkan betapa beku dan rendahnya suhu di permukaan benda angkasa yang mereka temukan. Para ilmuwan yakin, disana suhu tidak akan pernah mencapai lebih dari minus 240 derajat Celsius karena jaraknya amat jauh dari Matahari --yakni sekitar 130 milyar kilometer atau 900 kali lebih jauh dari jarak Bumi-Matahari.

Meski dirasa cocok, namun tak urung tetap muncul perdebatan mempertanyakan apakah para ilmuwan memiliki hak untuk menentukan nama sebuah benda angkasa.



Planet Sedna

March 15, 2004: NASA-funded researchers have discovered the most distantobject orbiting the sun. It's a mysterious planet-like three body times farther from Earth than Pluto.

"The sun appears so small from that distance that you could completely block it out with the head of the pin," said Dr.Mike Brown, California Institute of Technology (Caltech), Pasadena, Calif, associate professor of planetary astronomy and leader of research team. The object, called Sedna for the Inuit goddess of the ocean, is 13 billion kilometers (8 billion miles) away,in the farthest research of the solar system.

This is likely the first detections of the long-hypothesized "Ourt cloud", a faraway repository of small icy bodies that supplies the comets that streak by Earth. Other notable features of sedna include its size and reddish colour. After Mars, it is the second reddest object in the solar system. It is estimaded Sedna approximately three-fourth size of Pluto. Sedna is likely the largest object found in the solar system since Pluto was discovered in 1930.

Brown, along with Drs. Chad Trujillo of the Gemini Observator, Hawaii, and David Rabinowitz of Yale University, New Haven, Conn, found the planet-like object , or planetoid, on Nov. 14, 2003. The researches used the 48-inch Samuel Oshin Telescope at Caltech's Palomar Observatory near San Diego. Within days, telescope in Chilie, Spain, Arizona and Hawaii observed the object. NASA's new Spitzer Space Telescope also looked for it.

Sedna is extremly far from the sun, in the coldest known region of the solar system, where temperatures rise above minus 240 degrees Celcius (minus 400 degrees Fahrenheit). The planetoid is usually even colder, because it approches the sun only briefly during its 10,500 year solar orbit. At the most distant, Sedna is 13o billion kilometers (84 billion miles) from the sun, which 900 times Earth's solar distance.

Scientist used the fact than even Spitzer telescope was unable to defeat the heat of the extremly distant, cold object to determine it must be last then 1.700 kilometers (about 1.000 miles) in diameter, which is smaller than Pluto. By combining availalbe data, Brown estimated Sedna's size at about halfway beetwen Pluto and Quaror, a smaller planetoid discovered by the same team in 2002.

The eliptical orbit of Sedna is unlike anything previously seen by astronomers. It resembles the orbits of object predicted to lie in the hypotethical Ourt cloud--a distant reservoir of comets. But Sedna is 10 times closer than the predicted distance of the Ourt cloud. Brown speculated that this "inner Ourt cloud" might have been formed billions of years ago when a rouge star passed by the sun, nudging some of the comet-like bodies inward.

"The star would have been close enough to be brighther than the full moon, and it would have been visible in the daytime sky for 20.000 years," Brown explained. Worse, it would have dislodgeg comets farther out in the Ourt cloud, leading to intense comet shower that could have wiped out some or all forms life that existed on Earth at the time.

Rabinowitz said there is indirect evidence that Sedna may have a moon. The researches hope to check this possibility with NASA's Hubble Space Telescope. Trujillo has begun to examine the object's surface with one of the world's largest optical/infrared telescope, the 8-meters (26-foot) Frederick C. Gillet Gemini Telescope on Mauna Kea, Hawaii. "We still don't understand what is on the surface of the body. It is nothing like what we would have predicted or what we can explain," he said.

Sedna will come to closer to Earth in this years ahead, but even at closed approach, about 72 years from now, Sedna is very far away--farther than Pluto. Then it will begins its 10.500-years trip back to the far reaches of the solar system. "The last time Sedna was this close to the sun, Earth was just coming out of the last ice age. The next time it comes back, the world might again be a completely diffrent place," Brown said.